Saturday, February 24, 2018

Makalah Pendidikan Agama Islam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seperti yang telah Kita ketahui bersama Islam dibangun dengan akhlak mulia oleh Rasulullah SAW. Dimulai dari sebelum Rasulullah diangkat sebagai Nabi dan Rasul hingga Baginda Rasul wafat, dan diteruskan oleh para sahabat sampai dengan masa ini yang diteruskan oleh para Ulama.
Namun, di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin beraneka ragam. Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya, mereka bahkan lupa dengan adanya etika, moral dan akhlak yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Di zaman sekarang ini akidah-akidah islam seperti itu tidak terlalu dihiraukan dan dijadikan pedoman dalam hidup. Karena pada kenyataannya manusia sekarang kurang pengetahuan tentang etika, moral, dan akhlak.
Selama ini pelajaran etika, moral, dan akhlak sudah diperkenalkan sejak kita berada di sekolah dasar, yaitu pada pelajaran agama Islam dan Kewarganegaraan. Namun ternyata pelajaran etika, moral dan akhlak itu hanya dibiarkan saja tanpa di aplikasikan ke dalam perilaku kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran yang telah disampaikan menjadi sia-sia.
Sebagai generasi penerus Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi penerus tidak memiliki etika, moral dan akhlak. Oleh karena itu penulis menyusun makalah ini agar menjadi acuan dalam perbaikan etika, moral, dan akhlak masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pandangan Islam mengenai etika?
Bagaimana perspektif ilmu psikologi terhadap etika?
Faktor apa saja yang membuat turunnya moral pada zaman sekarang?
Apa solusi untuk menanggulangi moral yang rusak?
Apa saja perwujudan moral dalam kehidupan sehari-hari?
Apa saja golongan-golongan akhlak?
Apa saja keutamaan akhlak dalam Islam?
Apa saja macam-macam akhlak terpuji serta dalil naqlinya?
Apa saja contoh akhlak mulia Rasulullah?
Apa hubungannya antara etika, moral, dan akhlak?

1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai antara lain :
Untuk mengetahui pandangan Islam mengenai etika.
Untuk mengetahui perspektif ilmu psikologi terhadap etika.
Untuk mengetahui Faktor yang membuat turunnya moral pada zaman sekarang.
Untuk mengetahui solusi untuk menanggulangi moral yang rusak.
Untuk mengetahui perwujudan moral dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengetahui golongan-golongan akhlak.
Untuk mengetahui keutamaan akhlak dalam Islam.
Untuk mengetahui macam-macam akhlak terpuji serta dalil naqlinya.
Untuk mengetahui contoh akhlak mulia Rasulullah.
Untuk mengetahui hubungannya antara etika, moral, dan akhlak.

Sedangkan manfaat yang ingin dicapai antara lain :
Memperluas wawasan pembaca mengenai pengetahuan tentang etika, moral, dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Memberikan pengetahuan bagi pembaca.
Dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari.

1.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk pembuatan makalah ini, research; dimana dalam pencarian teori, peneliti mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan dengan judul makalah ini.

1.5. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini, penulis hanya membatasi pembahasan dalam masalah Etika, Moral, dan Akhlak saja. Dengan tujuan agar tidak terjadi prmbahasan yang melebar dan berkepanjangan.

1.6. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari BAB I PENDAHULUAN,BAB II LANDASAN TEORI, BAB III PEMBAHASAN, BAB IV PENUTUP.



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk).
Menurut Dr. H. Hamzah ya’qub “ etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran”.( Asmaran, 1992: 7).
Etika menurut Ki Hajar Dewantara “ etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya”. (Saputra, 2004: 59).

2  2. Pengertian Moral
Perkataan moral berasl dari bahasa Latin mores yaitu jamak dari mos  yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan perkataan. Moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai atau hukum baik dan buruk. Perbedaan antara moral dan etika yaitu, etika lebih banyak bersifat teoritis sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia saecara umum, sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu.( Asmaran, 1992: 8-9).

2.3 Pengertian akhlak
Akidah adalah suatu yang dianut oleh manusia dan diyakininya, apakah berwujud agama atau lainnya. (Djamaris, 1996).
Akhlak menurut Asmaran (1992: 1) adalah sifat yang dimiliki manusia sejak lahir yang selalu ada padanya. Prof.Dr.Ahmad Amin mengatakan bahwa “akhlak adalah kebiasaan kehendak” (Asmaran, 1992: 1).
Ahmad Amin menerangkan bahwa “ ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang manusia kepada orang lain, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa-apa yang harus diperbuat” (Asmaran, 1992: 5).
H. M. Rasyidi mengatakan bahwa “ ilmu akhlak adalah suatu pengetahuan yang membicarakan tentang kebiasaan-kebiasaan pada manusia, yakni budi pekerti mereka dan prinsip-prinsip yang mereka gunakan sebagai kebiasaan.”. Ilmu akhlak menurut Al-ustad Jaad Al-Maula adalah ilmu yang digunakan untuk mempertimbangkan perbuatan dan perkataan manusia. (Djatnika, 1992: 30-31).
Menurut Mahdi Ahkam “ ilmu akhlak adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan manusia dari arah baik dan buruk, atau ilmu percontohan tertinggi untuk perbuatan manusia”. Dan “ ilmu akhlak adalah ilmu yng menyelidiki aturan-aturan yang menguasai perbuatan manusia dan menyelidiki tujuan yang terakhir bagi manusia”. (Djatnika, 1992: 31).
Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari “khuluq”. Secara bahasa “akhlak” mempunyai arti budi pekerti , tabiat, dan watak. Dalam kebahasaan akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika. Menurut istilah yang dijelaskan oleh Ibnu Maskawih “akhlak adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan”. (Saputra, 2004: 30).
Menurut Abdul hamid yusuf akhlak adalah ilmu yang memberikan keterangan tentang perbuatan yang mulia dan memberikan cara-cara untuk melakukannya. (Mahjuddin, 2004: 9), sedangkan menurut Ja’ad maulana “akhlak adalah ilmu yang menyelidiki gerak  jiwa manusia, apa yang dibiasakan mereka dari perbuatan dan perkatan dan menyingkap hakikat-hakikat baik dan buruk”. (Zahruddin, 2000: 6). Akhlak menurut Ahmad amin adalah kehendak yang biasa dilakukan. Artinya segala sesuatu yang kehendak yang terbiasa dilakukan, disebut akhlak. (Amin, 1995: 62).
Pengertian akhlak juga dikemukakan oleh Imam al-ghozali, menurut dia “ akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran”. (Mustofa, 1997: 12), sedangkan menurut pendapat Hamzah ya’qub “ akhlak adalah ilmu yang menentukan antara yang baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin”. (Saebani, 2000: 25).
Menurut imam al-ghozali akhlak adalah” suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat memunculkan perbuatan-perbuatan dengan tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran.” Sedangkan menurut Ibrahim anis “ khlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang melahirkan bermacam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.” ( Solihin, 2005: 18-19).

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Etika
3.1.1 Etika Dalam Pandangan Islam
Kalau  kita  sepakati  bahwa  etika  ialah suatu kajian kritis rasional mengenai yang baik dan yang buruk,  bagaimana  halnya dengan   teori   etika   dalam  Islam.  Sedangkan  telah disebutkan di muka, kita  menemukan  dua  faham,  yaitu  faham rasionalisme   yang   diwakili   oleh   Mu’tazilah  dan  faham tradisionalisme yang diwakili oleh Asy’ariyah. Munculnya perbedaan itu memang  sulit  diingkari  baik  karena pengaruh  Filsafat  Yunani  ke dalam dunia Islam maupun karena narasi ayat-ayat al-Qur’an  sendiri  yang  mendorong  lahirnya perbedaan  penafsiran.  Di  dalam  al-Qur’an pesan etis selalu saja   terselubungi   oleh   isyarat-isyarat   yang   menuntut penafsiran dan perenungan oleh manusia.
Etika Islam memiliki antisipasi jauh ke depan dengan dua  cirri utama.  Pertama,  etika Islam tidak menentang fithrah manusia. Kedua,  etika  Islam  amat  rasionalistik.   Sekedar   sebagai perbandingan  baiklah akan saya kutipkan pendapat Alex Inkeles mengenai sikap-sikap modern. Setelah melakukan kajian terhadap berbagai  teori  dan  definisi  mengenai  modernisasi, Inkeles membuat rangkuman mengenai sikap-sikap modern sabagai berikut, yaitu:  kegandrungan menerima gagasan-gagasan baru dan mencoba metode-metode  baru;  kesediaan  buat   menyatakan   pendapat; kepekaan  pada  waktu  dan  lebih  mementingkan waktu kini dan mendatang ketimbang waktu yang telah  lampau;  rasa  ketepatan waktu  yang  lebih  baik;  keprihatinan yang lebih besar untuk merencanakan organisasi dan efisiensi; kecenderungan memandang dunia  sebagai  suatu  yang bisa dihitung; menghargai kekuatan ilmu dan teknologi; dan  keyakinan  pada  keadilan  yang  bias diratakan.
Rasanya  tidak  perlu  lagi dikemukakan di sini bahwa apa yang dikemukakan Inkeles  dan  diklaim  sebagai  sikap  modern  itu memang  sejalan  dengan etika al-Qur'an. Dalam diskusi tentang hubungan antara  etika  dan  moral,  problem  yang  seringkali muncul  ialah  bagaimana melihat peristiwa moral yang bersifat partikular dan individual dalam perspektif  teori  etika  yang bersifat rasional dan universal. Islam  yang  mempunyai  klaim  universal  ketika  dihayati dan direalisasikan  cenderung  menjadi  peristiwa  partikular  dan individual.  Pendeknya, tindakan moral adalah tindakan konkrit yang bersifat pribadi dan subyektif. Tindakan moral  ini  akan menjadi  pelik ketika dalam waktu dan subyek yang sama terjadi konflik nilai. Misalnya  saja,  nilai  solidaritas  kadangkala berbenturan  dengan  nilai  keadilan dan kejujuran. Di sinilah letaknya kebebasan, kesadaran moral serta rasionalitas menjadi amat  penting.  Yakni  bagaimana  mempertanggungjawabkan suatu tindakan subyektif dalam kerangka nilai-nilai etika  obyektif, tindakan  mikro  dalam kerangka etika makro, tindakan lahiriah dalam acuan sikap batin.

3.1.2 Etika Dalam Perspektif Psikologi
Dalam perspektif psikologi, manusia terdiri dari tiga unsur penting yaitu, Id, Ego, dan Superego, sedangkan dalam pandangan Islam ketiganya sering dipadankan dengan nafs amarah, nafs lawwamah, dan nafs mutmaninah. Ketiganya merupakan unsur hidup yang ada dalam manusia yang akn tumbuh berkembang seiring perjalanan dan pengalaman hidup manusia. Maka untuk menjaga agar ketiganya berjalan dengan baik, diperlukan edukasi yang diberikan orang tua kepada anaknya dalam bentuk pemberian muatan etika yang menjadi ujung tombak dari ketiga unsur di atas.[3] Diantara pemberiaan edukasi etika kepada anak diarahkan kepada beberapa hal di bawah ini:
Pembiasaan kepada hal-hal yang baik dengan contoh dan perilaku orang tua dan tidak banyak menggunakan bahasa verbal dalam mecari kebenaran dan sudah barang tentu sangat tergantung pada sisi historisitas seseorang dalam hidup dan kehidupan.
Bila anak sudah mampu memahami dengan suatu kebiasaan, maka dapat diberikan arahan lanjut dengan memberikan penjelasan apa dan mengapa dan yang berkaitan dengan hokum kausalitas (sebab akibat) Pada masa dewasa, anak juga tidak dilepas begtu saja, peran orang tua sebagai pengingat dan pengarah tidak harus putus, tanpa harus ada kesan otoriter, bahkan mengajak anak untuk diskusi tentang pemahaman keberagamaan.
Pada masa dewasa, anak juga tidak dilepas begtu saja, peran orang tua sebagai pengingat dan pengarah tidak harus putus, tanpa harus ada kesan otoriter, bahkan mengajak anak untuk diskusi tentang pemahaman keberagamaan.Pembiasaan kepada hal-hal yang baik dengan contoh dan perilaku orang tua dan tidak banyak menggunakan bahasa verbal dalam menyampaikan baik dan buruk sesuatu, manfaat dan mudharatnya, sesat dan tidaknya.

3.2 Moral
3.2.1 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Turunya Moral di Masyarakat.
Masalah moralitas masyrakat Indonesia baik itu usia remaja hingga dewasa, sekarang ini sudah menjadi problema umum dan merupakan pertanyaan yang belum ada jawabannya. Seperti mengapa para remaja kita sudah mengkonsumsi obat-obatan terlarang? mengapa  para remaja kita dengan bebasnya bergau dengan lawan jenis tanpa merasa risih dan malu? megapa para pemiimpin di negeri kita sugguh mudah tersinggung, dan tidak malu juga mempertontonkan pertengkaran di muka umum? Mengapa begitu banyak para pemimpin ini tidak merasa malu mengambil hak-hak orang kecil, seperti melakuka korupsi?. Pertanyaan-pertanyaan seperti yang telah dikemukakan meruapakan sederetan kecil  dari masalah moral yang  masih belum bisa hadapi. Ketika berbicara tentang moral, kita perlu tahu bahwa hal ini erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Perilaku masyarakat yang menyimpang dari aturan yang seharusnya membuat moral bangsa kita semakin buruk di mata negara lain. Kemerosotan moral ini bukanlah suatu hal yang bisa dibanggakan karena hal itulah yang membuat negara kita tampak kurang berwibawa di dunia internasional. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi kemerosotan moral bangsa Indonesia dan hal itu perlu diketahui sehingga kita mampu menemukan solusi yang terbaik dan membantu dalam penyelesaian masalah tersebut.
Penyalah gunaan sebagian ajaran moral
Tidak diragukan lagi bahwa sebagian ajaran moral telah dan masih terus akan disalahgunakan dalam berbagai bentuk dan cara. Mereka yang telah dirasuki ketamakan, terutama apabila mempunyai kekuatan dan pengaruh, tidak akan ragu-ragu dalam memakai segala cara untuk mencapai tujuannya. Penelitian ilmiah, terlepas dari kebenaran landasannya, terkadang dipergunakan untuk melakukan penindasan, tirani, menyiksa kelas buruh.
Penyalahgunaan Konsep-Konsep Moral
Sama hal nya dengan ajaran moral, konsep-konsep dari moral pun disalahgunakan. Seringkali ditemui, kemerdekaan ditindas atas nama kemerdekaan, dan ketidakadilan diterapkan atas nama keadilan dan persamaan. Setiap hal yang baik dan bermamfaat bisa disalahgunakan. Meskipun demikian, bagaimanapun nama keadilan itu disalahgunakan tidak akan sama halnya dengan ketidakadila itu sendiri. Keduanya tetap berbeda. Demikian juga, bagaimanapun nama kemerdekaan disalahterapkan, tetapi kemerdekaan sejati tidak akan sama dengan perbudakan.
Jadi tidak diragukan lagi ajaran Islam telah dieksploitasi untuk tujuan pribadi dan kelompok tertentu. Tetapi tidak berarti bahwa ajaran-ajaran tersebut palsu atau rancu. Sebaliknya, keadaan tersebut menuntut kewaspadaan sebagian masyarakat agar ajaran tersebut tdak rusak, dan nilai-nilainya tidak disalahgunakan.
Masuknya Budaya Westernisasi (budaya kebarat-baratan)
Masuknya budaya barat bisa dikatakan sebagai penyebab turunnnya moral bangsa Indonesia saat ini. Sebenarnya budaya tersebut tidaklah salah, yang salah adalah individu yang tidak mampu menyaring hal-hal yang baik untuk dirinya. Dengan budaya asing yang masuk ke negara kita sekarang ini, banyak orang menganggap bahwa free sex atau materialisme adalah hal yang biasa. Keadaan ini sangat memprihatinkan mengingat banyak remaja yang melakukan hal tersebut dan hal itu yang sering jadi masalah remaja saat ini. Tumbuhnya budaya materialisme juga bisa diliat dari banyaknya orang-orang yang sangat memperhatikan gaya hidup yang terkesan mewah tanpa memperdulikan sekitar dan masa depannya.
Perkembangan Teknologi
Turunnya moral bangsa Indonesia juga diakibatkan oleh perkembangan teknologi saat ini. Dengan kemudahan akses internet, banyak orang memanfaatkan fasilitas tersebut untuk mencari gambar atau video porno. Hal ini jika dilakukan terus menerus akan merusak moral bangsa karena pikiran mereka sudah dimasuki oleh doktrin-doktrin barat yang kadang salah tersebut.
Lemahnya Mental Generasi Bangsa
Penurunan kualitas moral dari generasi bangsa juga dapat  disebabkan karena lemahnya mental dari generasi bangsa yang terbentuk sejak dini, sehingga membentuk karakter yang kurang baik. Karakter tersebut akan menjadi watak perilku seseorang dalam menjalani kehidupan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu diupayakan pembentukan karakter sejak dini
Kurangnya Materi Aplikasi tentang Budi Pekerti
Kurangnya materi pengapliasian dari budi pekerti adalah salah satu penyebab turunnya moral bangsa kita baik itu dalam bangku sekolah, dan kurangnya perhatian dari guru sebagai pendidik dalam hal pembentukan karakter peserta didik, sehingga peserta didik lebih banyak terfokus pada aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspek afektif dalam pembelajaran. Hasilnya adalah peserta didik pintar dalam hal pelajaran tertentu, namun mempunyai akhlak/moral yang kurang bagus. Banyak di antara peserta didik yang pintar jika mengerjakan soal pelajaran, namun tidak hormat terhadap gurunya, suka mengganggu orang lain, tidak mempunyai sifat jujur, malas, dan sifat-sifat buruk lainnya.
Tingginya angka kenakalan dan kurangnya sikap sopan santun peserta didik, dipandang sebagai akibat dari kurang efektifnya sistem pendidikan saat ini. Ditambah lagi dengan masih minimnya perhatian guru terhadap pendidikan dan perkembangan karakter peserta didik. Sehinga sebagian peserta didik tidak mempunyai karakter positif. Pendidikan tanpa karakter hanya akan membuat individu tumbuh secara parsial, menjadi sosok yang cerdas dan pandai, namun kurang memiliki pertumbuhan secara lebih penuh sebagai manusia. Hal tersebut sudah dicontohkan dalam sistem pendidikan kita pasca reformasi. Kurikulum yang dibangun untuk mencerdaskan kehidupan justru berujung kepada penurunan moral dari sebagian perserta didiknya.
3.2.2 Solusi Untuk Menanggulangi Moral yang Rusak.
Solusi untuk menanggulangi moral yang rusak antara lain :
Memandang Martabat Manusia
Memandang martabat manusia dalam pengertian menghormati orang lain dan mengakui prestasi mereka dan bukan dalam pengertian memalukan diri sendiri untuk tunduk pada kekuatan, juga merupakan sifat yang mulia dan sesuai dengan martabat manusia. Kualitas seperti ini dipunyai oleh mereka yang selalu bisa mengendalikan diri dan tidak egois (self-centered), dan dengan realistis mengakui hal-hal baik dalam diri orang lain dan menghormatinya.
Sifat-sifat mulia tersebut yang membentuk landasan karakter yag mulia, adalah bagian fari nilai-nilai moral Islam yang tinggi. Kita mempunyai contoh-contoh yang tak terhitung mengenai sifat-sifat seperti itu, dan semua masalah etika mungkin diperhitungkan berkaitan dengan martabat manusia. Karena itu Nabi Besar Umat Islam  dalam menyimpulkan pesan etikanya, menggambarkan sifat-sifat itu sebagai karakter manusia yang sempurna dan mulia.
Mendekatkan Manusia dengan Allah
Hanya sifat-sifat mulia yang telah disebutkan diatas yang akan mendekatkan manusia dengan Alloh . Dngan demikian manusia-manusia  harus memiliki dan mengembagkan sifat-sifat tersebut apabila kita membahas sifat-sifat Alloh, dan sebaliknya. Dia Maha mengetahui, Maha Kuasa dan Maha Kompeten. Semua tindakan-Nya telah dierhtungkan dengan baik-baik. Dia Maha Adil, Maha Pengasih dan Penyayang. Semua merasakan karunia-Nya. Dia menyukai kebenaran dan membenci keburukan. Dan selanjutnya dan seterusnya. Manusia dekat dengn Alloh sesuai dengan kualitas-kualitas yang dia miliki. Jika sifat-sifat tersebut mendarah daging dalam drinya dan menjadi pelengkapnya, bisa dikatakan bahwa ia telah mendapatkan nilai-nilai moral islam.
Kontribusi di bidang pendidikan
Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak Mulia, berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan, untuk memperbaiki moral generasi bangsa melalui pendidikan. Namun keinginan tersebut ternyata belum membuahkan hasil yang signifikan. Pemerintah dalam melaksanakan pendidikan, masih lebih banyak menitikberatkan pada kemampuan kognitif siswa, dengan mengesampingkan kemampuan afektif atau perilaku siswa dan psikomotorik atau keterampilan
Salah satu solusi agar pendidikan moral menjadi efektif adalah dengan menerapkan pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pada pendidikan tinggi. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi konsumen pengetahuan, kesadaran dan kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun ke bangsa sehingga menjadi insan kamil.

3.2.3 Perwujudan Moral dalam Kehidupan.
Dengan demikian jelaslah bahwa agama menjadi sumber dari terciptanya moral yang mulia, maka salah satu jalan untuk menegakkan moral ini prinsip-prinsip agama harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mewujudkan nilai-nilai moral/akhlak yang mulia ada beberapa kewajiban yang perlu ditunaikan:
Membersihkan hati serta mensucikan hubungan dengan Allah SWT. Keyakinan semacam ini harus tertanam dalam hati, dikerjakan dan diamalkan serta disampaikan pada orang lain. Kesucian hatinya nampak dalam perilakunya sehari-hari dan menyatakan bahwa yang baik itu adalah yang diakui baik oleh Islam, sedang yang buruk adalah yang dinyatakan oleh Islam buruk pula.
Memperhatikan seluruh perintah dan larangan agama. Karena percuma beragama kalau tidak diiringi amal. Banyak orang mengaku beragama Islam, tetapi tidak dikerjakannya seruhan agama atau tidak dihentikannya semua larangan. Orang yang demikian selamanya tidaklah merasakan kelezatan cinta menjadi seorang Muslim.
Belajar melawan kehendak diri dan menaklukkannya kepada kehendak Allah SWT. Pekerjaan ini amat berat dan sulit, hanya orang-orang yang mempunyai kemauan teguh dan hati yang sabar serta tahan yang dapat mengerjakannya. Nabi Muhammad bersabda, “Bahwa peperangan di antara akal dan hawa nafsu, di antara seruan kebenaran dengan suara setan. Lebih besar daripada segala macam peperangan di dalam dunia ini.” Setelah beliau kembali dari peperangan sekecil-kecilnya, kepada peperangan yang sebesar-besarnya yakni peperangan memerangi hawa nafsu.
Setelah sanggup berjuang melawan hawa nafsu sendiri, harus sanggup berjuang dengan musuh-musuh yang hendak menghinakan agama atau melanggar batas-batas keyakinanya.
Menegakkan persaudaraan di dalam Islam, bertolong-tolongan di antara sesama muslim.
Agama Islam adalah agama kemanusiaan, manfaatnya tidaklah dirasakan oleh umat Islam saja, tetapi oleh seluruh umat manusia. Kedatangan Islam telah membawa nikmat dan rahmat ke seluruh muka bumi tidak membedakan segala bangsa dan kaum.

3.3 Akhlak
3.3.1 Golongan Akhlak
Akhlak sendiri dibedakan menjadi dua golongan yakni :
Akhlak Terpuji
Diantara beberapa akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim adalah kesopanan, sabar, jujur, derwaman, rendah hati, tutur kata yang lembut dan santun, gigih, rela berkorban, adil, bijaksana,tawakal dan lain sebagainya. Seseorang yang mmeiliki akhlak terpuji biasanya akan selalu menjaga sikap dan tutur katanya kepada orang lain dan merasa bahwa dirinya diawasi oleh Allah SWT.
Akhlak tercela
Akhlak tercela adalah akhlak yang harus dijauhi oleh muslim karena dapat mendatangkan mudharat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Contoh akhlak tercela diantaranya adalah dusta (baca bahaya berbohong dan hukumnya dalam islam), iri, dengki, ujub, fitnah, sombong, bakhil, tamak, takabur, hasad, aniaya, ghibah, riya dan sebagainya. Akhlak yang tercela sangat dibenci oleh Allah SWT dan tidak jarang orang yang memilikinya juga tidak disukai oleh masyarakat.

3.3.2 Keutamaan Akhlak Dalam Islam
Beberapa keutamaan mmeiliki akhlak yang terpuji antara lain :
Berat timbangannya diakhirat
Seseorang yang memiliki akhlak terpuji disebutkan dalam hadits bahwa ia akan memiliki timbangan yang berat kelak dihari akhir atau kiamat dimana semua amal manusia akan ditimbang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut :
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ بْنُ اللَّيْثِ الْكُوفِيُّ عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Qabishah bin Al Laits Al Kufi dari Al Mutharrif dari 'Atha` dari Ummu Darda` dari Abu Darda` ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan daripada akhlak yang baik, dan sesungguhnya orang yang berakhlak baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat." Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits gharib melalui jalur ini. (HR. Tirmidzi No.1926)
Dicintai Rasul SAW
Rasul SAW diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia didunia. Dan tentu saja Rasul SAW sendiri mencintai manusia yang mmeiliki akhlak yang baik. Dari Jabir RA; Rasulullah SAW  bersabda:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ خِرَاشٍ الْبَغْدَادِيُّ حَدَّثَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلَالٍ حَدَّثَنَا مُبَارَكُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنِي عَبْدُ رَبِّهِ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ
قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَرَوَى بَعْضُهُمْ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ الْمُبَارَكِ بْنِ فَضَالَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ عَبْدِ رَبِّهِ بْنِ سَعِيدٍ وَهَذَا أَصَحُّ وَالثَّرْثَارُ هُوَ الْكَثِيرُ الْكَلَامِ وَالْمُتَشَدِّقُ الَّذِي يَتَطَاوَلُ عَلَى النَّاسِ فِي الْكَلَامِ وَيَبْذُو عَلَيْهِمْ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al Hasan bin Hirasy Al Baghdadi, telah menceritakan kepada kami Habban bin Hilal, telah menceritakan kepada kami Mubarak bin Fadlalah, telah menceritakan kepadaku Abdu Rabbih bin Sa'id dari Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan yang tempat duduknya lebih dekat kepadaku pada hari kiamat ialah orang yang akhlaknya paling bagus. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak bicara (kata-kata tidak bermanfaat dan memperolok manusia)." Para shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling banyak bicara itu?" Nabi menjawab: "Yaitu orang-orang yang sombong." Berkata Abu Isa: Hadits semakna juga diriwayatkan dari Abu Hurairah dan ini merupakan hadits Hasan Gharib melalui jalur ini. Sebagian mereka meriwayatkan hadits ini dari Mubarak bin Fadlalah dari Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam namun tidak disebutkan didalamnya dari Abdu Rabbih bin Sa'id dan riwayat ini lebih shahih. (HR. Tirmidzi No. 1941)
Memiliki kedudukan yang tinggi
Dalam suatu hadits disebutkan bahwa seseorang yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang mulia memiliki kedudukan yang tinggi diakhirat kelak. Rasul SAW bersabda

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kaum mukminin yang paling baik imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Abu Daud No. 4062)

Dijamin rumah disurga
Memiliki akhlak yang mulia sangat penting bagi seorang muslim dan keutamaan memiliki akhlak mulia sangatlah besar. Dalamsebuah hadits disebutkan bahwa Rasul menjamin seseorang sebuah rumah disurga apabila ia memiliki akhlak yang mulia. Dari Abu Umamah ra; Rasulullah SAW  bersabda:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ الدِّمَشْقِيُّ أَبُو الْجَمَاهِرِ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو كَعْبٍ أَيُّوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ السَّعْدِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ حَبِيبٍ الْمُحَارِبِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Utsman Ad Dimasyqi Abu Al Jamahir ia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Ka'b Ayyub bin Muhammad As Sa'di ia berkata; telah menceritakan kepadaku Sulaiman bin Habib Al Muharibi dari Abu Umamah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bershifat gurau, Dan aku juga menjamin rumah di syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik." (HR.Abu Daud 4167)

3.3.3 Macam-Macam Akhlak Terpuji dan  Dalil Naqlinya
Santun dan tidak pemarah
الَّ ذِينَ ينُْفِقوُنَ فِي ال َّ س َّ راءِ وَال َّ ض َّ راءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغيَْظَ وَالْعاَفيِنَ عَنِ النَّ اسِ ۗ وَ َّ  ُ يحُِ ُّ ب الْمُحْسِنِينَ
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali-'Imran: 134).
Rendah hati dan tidak sombong
وَلَا تمَْشِ فِي الْأرَْضِ مَرَحًا ۖ إنَِّ كَ لنَْ تخَْرِقَ الْأرَْضَ وَلنَْ تبَْلغَُ الْجِبَالَ طُولًا
Artinya: "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (QS. Al-Isra': 37)
Amanah dan menepati janji
إ َّ نِ َّ  َ يأَمُْرُكُمْ أنَْ تؤَُ ُّ دوا الْأمََانَاتِ إِلىَٰ أهَْلِهَا وَإذَِا حَكَمْتمُْ بيَْنَ النَّ اسِ أنَْ تحَْكُمُوا بِالْعدَْلِ ۚ إِ َّ ن َّ  َنعِِ َّ ما يعَِظُكُمْ بِهِۗ  إ َّ نِ َّ  َ كَانَ سَمِيعاً بَصِيرًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisa: 58)
Jujur dan tidak berdusta
يَا أيَُّ هَا الَّ ذِينَ آمَنوُا اتَّ قوُا َّ  َ وَكُونوُا مَعَ ال َّ صادِقِينَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (QS. At-Taubah: 119)
Lemah lembut dengan orang lain & berkata baik
وَإِذْ أخََذْنَا مِيثاَقَ بنَيِ إسِْرَائيِلَ لاَ تعَْبدُُونَ إَّ  لِا َّ  َ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَذِي الْقُرْبىَٰ وَالْيتَاَمَىٰوَالْمَسَاكِينِ وَقوُلوُا لِلنَّ اسِ حُسْناً وَأقَيِمُوا ال َّ صلَاةَ وَآتوُا ال َّ زكَاةَ ث َّ مُ توََلَّ يْتمُْ إ َّ لِا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأنَْ مُعْرِضُونَ
Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.(QS. Al-Baqarah: 83)
Adil dan tidak zhalim sekalipun dengan orang kafir
يَا أيَُّ هَا الَّ ذِينَ آمَنوُا كُونوُا ق َّ وَامِينَ ِ َّ  ِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلاَ يَجْرِمَنَّ كُمْ شَنآَنُ قوَْمٍ عَلَىٰ أ َّ لَا تعَْدِلوُا ۚ
اعْدِلوُا هُوَ أقَْرَبُ لِلتَّ قْوَىٰ ۖ وَاتَّ قوُا َّ  َ ۚ إ َّ نِ َّ  َ خَبيِرٌ بِمَا تعَْمَلوُنَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ma'idah: 8)
Tidak pelit / bakhil
وَلَا تجَْعلَْ يدََكَ مَغْلوُلَةً إِلَىٰ عُنقُِكَ وَلَا تبَْسُطْهَا كُ َّ ل الْبسْطِ فتَقَْعُدَ مَلوُمًا مَحْسُورًا
Artinya: "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal." (QS. Al-Isra': 29)
Berbakti kepada kedua orang tua
وَقضََىٰ رَبُّ كَ أ َّ لَا تعَْبدُُوا إ َّ لِا إِيَّ اهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إ َّ مِا يبَْلغُ َّ نَ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أحََدُهُمَا أوَْ كِلَاهُمَا فلََاتقَلُْ لهَُمَا أفٍُّ وَلَا تنَْهَرْهُمَا وَقلُْ لهَُمَا قَوْلاً كَرِيمًا
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra': 23)

3.3.4 Contoh Akhlak Mulia Rasulullah
Rasulullah tidak pernah berkomentar kepada seseorang yang telah memberikan pelayanan kepadanya.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ يَعْنِي ابْنَ الْمُغِيرَةِ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ
خَدَمْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ بِالْمَدِينَةِ وَأَنَا غُلَامٌ لَيْسَ كُلُّ أَمْرِي كَمَا يَشْتَهِي صَاحِبِي أَنْ أَكُونَ عَلَيْهِ مَا قَالَ لِي فِيهَا أُفٍّ قَطُّ وَمَا قَالَ لِي لِمَ فَعَلْتَ هَذَا أَوْ أَلَّا فَعَلْتَ هَذَا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah berkata, telah menceritakan kepada kami Sulaiman -maksudnya Sulaiman bin Mughirah- dari Tsabit dari Anas ia berkata, "Aku membantu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di Madinah selama sepuluh tahun. Aku hanyalah seorang anak kecil, tidak semua pelayanan yang aku berikan sesuai dengan hati sahabatku (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam). Namun beliau tidak pernah mengatakan 'Hei..! ' Sama sekali kepadaku. Beliau juga tidak pernah mengatakan: "Kenapa kamu lakukan ini! atau 'Kenapa tidak kamu lakukan begini! '. (HR. Abu Daud Nomor 4144).
Rasulullah tidak pernah memukul budak dan wanita
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَادِمًا وَلَا امْرَأَةً قَطُّ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai' berkata, telah menceritakan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri dari Urwah dari 'Aisyah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah memukul budak atau seorang wanita sama sekali." (HR. Abu Daud Nomor 4154)
Rasulullah ketika duduk
حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ شَبِيبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنِي إِسْحَقُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْأَنْصَارِيُّ عَنْ رُبَيْحِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا جَلَسَ احْتَبَى بِيَدِهِ
قَالَ أَبُو دَاوُد عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ شَيْخٌ مُنْكَرُ الْحَدِيثِ
Artinya:  Telah menceritakan kepada kami Salamah bin Syabib berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ibrahim ia berkata; telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Muhammad Al Anshari dari Rubaih bin 'Abdurrahman dari Bapaknya dari kakeknya Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk, beliau mendekap tangannya." Abu Dawud berkata, "Abdullah bin Ibrahim adalah seorang Syaikh yang munkar dalam hal periwayatan hadits." (HR. Abu Daud Nomor 4206)
Rasulullah tidak pernah mencela, berkata keji dan melaknat
حَدَّثَنَا أَصْبَغُ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنَا أَبُو يَحْيَى هُوَ فُلَيْحُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ هِلَالِ بْنِ أُسَامَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبَّابًا وَلَا فَحَّاشًا وَلَا لَعَّانًا كَانَ يَقُولُ لِأَحَدِنَا عِنْدَ الْمَعْتِبَةِ مَا لَهُ تَرِبَ جَبِينُهُ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Asbagh dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Ibnu Wahb telah mengabarkan kepada kami Abu Yahya yaitu Fulaih bin Sulaiman dari Hilal bin Usamah dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dia berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah sosok yang tidak pernah mencela, berkata keji dan melaknat, apabila beliau mencela salah satu dari kami, maka beliau akan berkata: "Mengapa dahinya berdebu (dengan sindiran)." (HR. Bukhari Nomor : 5571)

3.4 Hubungan Etika, Moral, dan Akhlak
Dilihat dari fungsi dan perannya, secara substansial dapat dikatakan bahwa etika, moral, dan akhlak adalah identik, yaitu sama-sama mengacu kepada manusia baik dari aspek perilaku ataupun pemikiran khususnya pada penentuan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dantenteram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriah. Peranan Etika, Moral, dan Akhlak sangat penting bagi pembentukan karakter individu maupun masyarakat.
Perbedaan antara etika, moral dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika pada etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalahal-qur’an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan terlihat pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka moral lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral bersifat lokal dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian etika, moral, dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan. Uraian diatas menunjukkanengan jelas bahwa etika, moral berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berasal petunjuk al-qur’an dan hadis. Dengan kata lain, jika etika, moral berasal dari manusia, sedangkan akhlak dari Tuhan.
Dengan demikian keberadaan etika, moral sangat dibutuhkan dalam rangka menjabarkan dan mengoperasionalisasikan ketentuan akhlak yang berada di dalam agama khususnya pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Disinlah letak peranan dari etika, moral terhadap akhlak. Pada sisi lain akhlak juga berperan untuk memberikan batasan-batasan umum dan universal, agar apa yang dijabarkan dalam etika, moral dan akhlak tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang luhur dan tidak membawa manusia menjadi sesat (tetap pada koridor humanis).
3.4.1 ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK YANG BAIK
Sabar
Kata sabar sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata sobaro yasbiru, yang artinya menahan. Sedangkan secara istilah, pengertian sabar adalah menahan diri dari segala sesuatu bentuk kesulitan, kesedihan atau menahan diri dalam menghadapi sesuatu yang tidak disukainya.
Di dalam islam, ada tiga bentuk sabar, yaitu sabar dalam ketaatan kepada Allah misalnya puasa, zakat, haji. Sabar dalam menghadapi musibah misalnya kehilangan harta, berkurangnya rejeki, musibah banjir, dan bencana alam. Dan sabar dalam menjauhi perbuatan maksiat yang diharamkan Allah misalnya tidak berjudi, minuman keras, dan yang lainnya. Seperti dalam Al-Quran QS.Ali Imran ayat 200, yang berbunyi:
    
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.” (QS.Ali Imran:200)
Amanah
Amânah yang artinya jujur atau dapat dipercaya. Secara bahasa, amânah (amanah) dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga berarti titipan (al-wadî‘ah).
Amanah adalah lawan dari khianat. Amnah terjadi di atas ketaatan, ibadah, al-wadî’ah (titipan), dan ats-tsiqah (kepercayaan).
Dengan demikian, sikap amanah dapat berlangsung dalam lapangan yang sangat luas. Oleh karena itu, sikap amanah merupakan sesuatu yang dipercayakan untuk dijaga, dilindungi, dan dilaksanakan.
Al-Quran menyatakan kata amanah dalam enam ayat. Allah Swt. berfirman:
   
Sesungguhnya Kami telah menyampaikan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (QS al-Ahzâb [33]: 72).
Memberi Maaf
Maaf adalah ungkapan permintaan atau permohonan ampun ataupun penyesalan karena suatu kesalahan. Meminta maaf berarti memberi ampunan atas kesalahan tersebut dan tidak menganggap lagi kesalahan tersebut. Kata maaf sering kita dengar terutama ketika menjelang hari raya idul fitri. Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan salah. Sebab manusia yang baik bukanlah mereka yang tidak pernah melakukan kesalahan, tapi manusia yang baik adalah mereka yang dapat mengakui kesalahannya dan berani bertaubat kepada Allah.

Terkadang sulit bagi kita untuk memaafkan kesalahan orang lain, terutama kesalahan itu adalah kesalahan yang besar. Tapi jika kita bisa melakukannya, secara tidak langsung kita telah menghapus rasa dendam dan permusuhan. Maaf sebuah kata yang simpel memang, namun bernilai mulia dan luhur. Karenanya dibutuhkan keberanian dan kesungguhan untuk meminta maaf dan hati yang besar untuk memberi maaf. Meskipun hanya 4 huruf, namun untuk memberikan maaf yang tulus itu jauh lebih sulit dibanding mengatakannya.Jika kita memberi maaf kepada orang lain, lakukanlah dengan tulus tanpa syarat. Seperti dalam Al-Quran QS.al-Imran ayat 159, yang berbunyi:
   
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. [QS.al-Imran:159]
Kejujuran
Kejujuran adalah mengatakan sesuatu dengan sebenar-benarnya. Definisi yang lain dari kejujuran ialah berkata atau berbuat sesuatu dengan sebenar-benarnya, tidak ada unsur kebohongan atau manipulasi didalamnya. Kejujuran adakalanya dalam hal ucapan dan adakalanya dalam hal perbuatan. Seperti dalam Al-Quran QS.al-Ahzab ayat 70, yang berbunyi:
 
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (QS.al-Ahzab:70)
Istiqomah
Menurut tafsir ‘Aisar, yang dimaksud dari istiqomah ialah mereka yang betul-betul yakin kebenaran agama islam, dengan tidak menukar dengan kepercayaan lain.Serta konsisten dalam menjalankan ibadah dan menjauhi kemungkaran, maka malaikat akan turun 2 kali kepadanya. Seperti dalam Al-Quran Surat Fushilat ayat 30, yang berbunyi:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (Q.S Fushilat: 30)
Syukur
Sedangkan secara syar’i syukur ialah memberikan pujian kepada Allah dengan cara taat kepada-Nya, tunduk  dan berserah diri hanya kepada Allah SWT serta beramar makruf nahi mungkar. Seperti dalam Al-Quran Surat al-Baqarah ayat 152, yang berbunyi:
           
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. ( Q.S Al-Baqarah:152)
Lemah Lembut
Sebagaimana diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya bahwa setiap muslim harus senantiasa bersikap berhati lembut, baik budi, dan tidak congkak kepada orang lain. Biasanya ciri-ciri orang yang bertaqwa adalah orangnya suka memberi tidak kikir, suka membantu. Seperti dalam Al-Quran Surat Thaha ayat 44, yang berbunyi:
  
Artinya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS.Thaha:44)
Tawadhu’
Tawadhu artinya rendah hati atau tidak sombong. Jadi, tawadhu adalah ketundukan kepada kebenaran dan menerimanya dari siapa pun datangnya, baik dalam keadaan suka maupun tidak suka. Lawan dari sifat tawadhu adalah takabur (sombong). Sifat takabur adalah sifat yang dibenci Allah dan rasul-Nya. Sebagaimana hadis Nabi dari Abdullah bin Mas’ud; bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda: “Sombong adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (H.R. Muslim)
Firman Allah SWT:
  
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (Surah Asy-Syμr± [26]:215).

Menebar Kebaikan
Menebar Kebaikan salah satu sifat yang sangat diajarkan dalam islam, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Seperti dalam Al-Quran Surat al-Qashas ayat 77, yang berbunyi:

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.al-Qashas:77)

Berbakti Kepada Orang Tua
Birrul Walidain (Arab: بر الوالدين) adalah bagian dalam etika Islam yang menunjukan kepada tindakan berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Yang mana berbakti kepada orang tua ini hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim, meskipun seandainya kedua orang tuanya adalah non muslim.
Fieman Allah SWT:

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Q.S Al Israa’, 17:23)




























BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Etika, moral,dan akhlak adalah sesuatu yang identik dan sulit untuk dipisahkan, yang membedakan hanya berdasarkan sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika pada etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah al-qur’an dan al-hadis.
Islam dibangun berdasarkan akhlak mulia Rasulullah dari mulai Beliau belum diangkat menjadi Rasul hingga Beliau diangkat menjadi Rasul dan sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam mencontoh akhlak Beliau, karena beliau adalah manusia yang paling bagus akhlaknya.

4.2 Saran
Sarannya baik untuk penulis dan pembaca supaya bisa mencontoh akhlak mulia Rasulullah Saw. Dan Mulai merubah sedikit demi sedikit akhlak yang buruk menjadi akhlak yang mulia.
 

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. 1995. Etika ilmu akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.

Asmaran. 1992.

Djamaris, zainal arifin. 1996. Islam akidah dan syariah. Jakarta: PT Raja grafindo
persada.

Mahjuddin,2004.  konsep dasar pendidikan akhlak. Jakarta : kalam mulia.

Mustofa, 1997. Akhlak tasawuf. Bandung : pustaka setia.

Saebani, bani dan Abdul hamid. Ilmu akhlak. Bandung : pustaka setia.

Saputra, thoyib sah. Aqidah akhlak. Jakarta : karya Toha saputra.

Solihin, M dan Rosyida anwar M. 2005. Akhlak tasawuf. Bandung : Nuansa.

Soma, Hajaruddin Syafari. 2000. Menanggulangi Remaja Kriminal Islam sebaga
alternativ. Bandung: Nuansa.

Zahruddin dan Hasanuddin sinaga. Pengantar studi akhlak. Jakarta : Raja grafindo
persada.

Hymne BSI

HYMNE BSI
CIPTA. IMANUEL F UMPENAWANY
  MUSIC DIRECTOR : ARLES TITA

KU MASUKI GERBANGMU
BINA SARANA INFORMATIKA
BERJANJI TETAP SETIA
BELAJAR UNTUK NUSA

TINGGI AGUNG MULIA CITRA BSI
BERSAMA MEMBANGUN BANGSA INDONESIA
BEDA SUKU DAN BUDAYA
SATUKAN KITA

REFF MEGAH BERDIRI DI PERSADA PERTIWI
BINA SARANA INFORMATIKA
MENGUKIR PRESTASI JIWA BSI
SUMBER ILMU PEMBINA TUNAS BANGSA

DERAP LANGKAH TAK HENTI
IMAN KUKUH TERUJI
JAYA CITRA BERMARTABAT
DI BINA SARANA INFORMATIKA